Friday, December 10, 2010

Si Kota dan Si Desa

Lingkungan merupakan hal yang paling penting untuk membentuk kepribadian dan karakter seseorang. Karena keadaan di sekitar kita akan mempengaruhi pola hidup dan cara kita berkomunikasi dengan orang lain.

Kota dan desa memang 2 hal yang sangat kontras. Kota merupakan suatu daerah yang dapat dikatakan pusat pemerintahan dan memiliki kelebihan dalam hal fasilitas. Sedangkan desa merupakan daerah kecil bagian dari kota. Lalu, apa lagi yang membedakan kehidupan masyarakat kota dan desa? Tentunya banyak perbedaan dalam hal yang positif maupun negatif, dalam bidang ekonomi, pendidikan dan kebudayaannya.

Seperti yang kita ketahui, kota memiliki kelebihan dibanding desa. kota memiliki fasilitas dalam hal apapun yang tidak dimiliki desa. Contohnya, kota sudah dilengkapi dengan aliran listrik yang memadai, sarana transportasi yang dapat diandalkan, lapangan pekerjaan yang menjanjikan sehingga dapat meningkatkan status perekonomiannya, sarana hiburan yang lengkap, akses yang mudah untuk melakukan apa saja memang tersedia di kota. Selain itu, fasilitas pendidikan di perkotaan juga sangat mendukung proses belajar mengajar. Hal-hal tersebut merupakan daya tarik bagi masyarakat.

Sedangkan, desa yang disebut dengan daerah kecil dan terletak di pinggiran kota. Ciri-ciri yang spesifik tentang desa adalah kurangnya fasilitas yang memadai, contohnya masih ada beberapa desa di Indonesia yang belum mendapatkan pasokan tenaga listrik. Padahal listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup. Selain itu, sarana transportasi yang kurang memadai, seperti jalanan yang rusak sehingga akses untuk menuju tempat yang kita inginkan menjadi terhambat. Pendidikan di pedesaan juga masih dikatakan kurang. Pemerataan pendidikan yang diterapkan pemerintah belum berjalan sebagaimana mestinya. Pertumbuhan ekonomi di pedesaan juga masih sangat rendah. Kurangnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa merupakan hal yang sangat mempengaruhi perekonomiannya, sehingga memaksa penduduknya untuk mengolah lahan dan alam sekitarnya.

Tetapi, setiap hal pasti memiliki 2 sisi, yaitu positif dan negatif. Yaa, kota memang menyediakan semua hal yang kita inginkan, namun apa ada hal-hal negatif tentang kota, dibalik kegemerlapan dan kehidupan yang serba ada? Pasti ada. Masyarakat kota bisa dibilang lebih idealis. Mereka menginginkan hal-hal yang mereka butuhkan harus sesuai dengan keinginannya. Mereka juga bisa dikatakan individualis dan kurang memiliki sifat toleransi. Mereka juga lebih mementingkan kepentingan pribadi diatas kepentingan umum. Norma-norma kesopanan, agama dan adat juga mulai diabaikan para masyarakat kota. Kemudian, tuntutan gaya hidup di perkotaan membuat masyarakatnya hidup konsumtif. Selain itu, polusi dan pencemaran udara yang disebabkan oleh asap-asap kendaraan bermotor membuat kita tidak nyaman berada di kota.

Kemudian, dibalik kekurangan yang dimiliki desa, pastinya desa memiliki aspek positif. Masyarakat pedesaan sangat menjunjung tinggi norma adat dan kebudayaan mereka. Yaa, masyarakat desa memang sangat sopan dalam bertingkah laku. Penduduk desa memiliki rasa toleransi dan gotong royong yang tinggi. Selain itu alamnya yang masih asri dan hijau, membuat kita merasa nyaman dan sejuk di sana.

Tentunya, apabila kita ingin menjadi masyarakat yang baik, kita harus rendah hati dan tetap menjunjung tinggi norma agama. Bagaimana cara kita sebagai bagian dari masyarakat kota agar bisa memiliki jiwa dan kepribadian seperti masyarakat desa? Semua kembali kepada diri anda sendiri bagaimana cara menyikapinya.


Wednesday, December 1, 2010

Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat

Kehidupan antar sesama manusia tidak akan lepas dari kata sosial. Tentunya, seluruh manusia di dunia ini memiliki perbedaan, perbedaan dalam hal sifat, strata sosial, derajat, dll. Dengan demikian di sebut pelapisan sosial yang dalam konteks kehidupan manusia terbagi-bagi menjadi beberapa lapisan / bagian. Menurut Pitirim A. Sorokin, pelapisan sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau hierarkis. Dapat disimpulkan pelapisan sosial adalah pembedaan antar warga dalam masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat. Wujudnya adalah terdapat lapisan-lapisan di dalam masyarakat diantaranya ada kelas sosial tinggi, sedang dan rendah.

Terjadinya pelapisan sosial ada yang terjadi dengan sendirinya dan ada yang terjadi dengan cara disengaja. Pelapisan yang terjadi dengan sendirinya terbentuk secara alami sesuai dengan lingkungan dan adat yang berlaku di suatu lingkungan. Sedangkan, pelapisan sosial yang terjadi secara disengaja disebabkan oleh adanya kewenangan dan kekuasaan seseorang / suatu pihak yang berlebihan terhadap suatu kelompok sosial.

Pelapisan sosial merupakan gejala yang bersifat universal. Kapan pun dan dimana pun, pelapisan sosial selalu ada. Dasar tinggi dan rendahnya lapisan sosial seseorang itu disebabkan oleh bermacam-macam perbedaan, seperti kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai sosial, serta kekuasaan dan wewenang. Realita dan kenyataan keadaan sosial kehidupan saat ini adalah kesenjangan sosial yang sangat timpang. Realita yang saat ini mendominasi kehidupan sosial di Indonesia adalah “yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin, karena yang kaya yang berkuasa”. Dalam arti lain, kehidupan sosial kita saat ini bisa dibilang “money oriented”.

Contoh yang konkrit adalah kehidupan di kota metropolitan Jakarta. Di pusat kota, dengan mudahnya kita melihat gaya hidup yang elite dengan adanya gedung-gedung pencakar langit yang mewah dan megah, kompleks perumahan yang elite, pusat-pusat perbelanjaan yang menawarkan gaya hidup yang konsumtif. Mereka yang merupakan kaum elite yang mengusai tatanan sosial kita. Namun, apabila kita lihat di pinggiran Jakarta, daerah kumuh, pengemis dan gelandangan masih mewarnai Jakarta. Yaa, perbedaan gaya hidup antara kaum elite (sosial tinggi) dan kaum miskin (sosial rendah) sangat kontras. Di satu sisi kita melihat kemewahan gaya hidup para sosialita dan kaum elite, namun di sisi lain kita melihat keprihatinan hidup para fakir miskin.Tidak meratanya pembangunan di Indonesia juga mempengaruhi kehidupan sosial masyarakatnya.

Tuntutan gaya hidup merupakan hal yang paling mempengaruhi kehidupan sosial kita yang menyebabkan kecemburuan sosial yang berlebihan dan akhirnya membentuk kesenjangan sosial yang timpang. Hal tersebut dapat memungkinkan naiknya angka kriminalitas. Untuk mensiasati itu semua, kita sebagai masyarakat yang baik harus menyadari hal itu semua. Hal-hal yang bisa kita lakukan adalah menjauhkan diri dari gaya hidup yang konsumtif. Hiduplah dengan sederhana dan tidak berlebihan agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial. Berbuatlah baik kepada semua orang dan tetaplah rendah hati walaupun kita sudah menjadi orang yang sukses atau bahkan orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi.